Selasa, 17 Maret 2015

Pengaruh Inlfasi terhadap pengangguran di Indonesia

Berdasarkan tingkat pengangguran dapat kita lihat kondisi suatu Negara, apakah perekonomiannya berkembang atau lambat dan atau maengalami kemunduran. Dengan tingkat pengangguran bisa dilihat kesenjangan distribusi pendapatan yang diterima suatu masyarakat tersebut. Pengangguran dapat terjadi akibat dari tingginya angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adanyan lapangan pekerjaan yang luas serta penyerapan tenaga kerja yang presentasenya cenderung kecil. Hal ini terjadi karena rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang siap bekerja.
Menurut Muana Nanga (2001) dilihat dari sebab-sebab timbulnya, pengangguran dapat dibedakan menjadi: pengangguran friksional atau transisi (frictional or transitional unemployment adalah jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan dalam syarat-syarat kerja, yang terjadi seiring dengan perkembangan atau dinamika ekonomi yang terjadi. Pengangguran ini dapat pula terjadi karena berpindahnya orang dari satu daerah ke daerah lainnya, atau dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.
Pengangguran struktural (structural unemployment) adalah jenis pengangguran yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan di dalam struktur pasar tenaga kerja yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidakseimbangan didalam pasar tenaga kerja yang terjadi antara lain karena adanya peningkatan permintaan atas satu jenis pekerjaan, sementara jenis pekerjaan lainnya mengalami penurunan permintaan, dan permintaan itu sendiri tidak melakukan penyesuaian dengan cepat atas situasi tersebut
Pengangguran alamiah (natural unemployment) atau lebih dikenal dengan istilah tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment) adalah tingkat pengangguran yang terjadi pada kesempatan kerja penuh (Sachs and Larrain,1993) atau tingkat pengangguran dimana inflasi yang diharapkan (expected inflation) sama dengan tingkat inflasi aktual ( actual inflation).
Pengangguran konjungtur atau siklis (cyclical unemployment) terjadi akibat merosotnya kegiatan ekonomi atau karena terlampau kecilnya permintaan efektif aggregat (effective aggregate demand) didalam perekonomian dibandingkan dengan penawaran aggregat (AS). Oleh karena itulah para ahli ekonomi sering menyebut jenis pengangguran ini sebagai “demand-deficient unemployment”. Sebaliknya jenis pengangguran ini akan berkurang kalau tingkat kegiatan ekonomi meningkat.
Mankiw (2000) menyatakan bahwa pengangguran akan selalu muncul dalam suatu perekonomian karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah adanya proses pencarian kerja, yaitu dibutuhkannya waktu untuk mencocokkan para pekerja dan pekerjaan. Alasan kedua adalah adanya kekakuan upah. Kekakuan upah ini dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya kebijakan upah minimum, daya tawar kolektif dari serikat pekerja, dan upah efisiensi.

 Teori Pertumbuhan Perekonomian
    Menurut Arsyad: 1992, teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan mengenai factor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang, mengenai bagaimana factor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biayanya diukur dengan menggunakan data produk domestic bruto(PDB) atau pendapatan output per kapita. Produk domestic bruto (PDB) adalah total nilai pasar dari barang-barang akhir dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentasi kenaikan pendapatan nasionala rill pada tahum sebelumnya (Nanga, 2001).
Teori A.W. Phillips
Menurut Amir (2007), menjelaskan bahwa teori Phillips muncul karena pada saat tahun 1929, terjadi depresi ekonomi Amerika Serikat , hal ini berdampak pada kenaikan inflasi yang tinggi dan diikuti denfan pengangguran yang tinggi pula. Dari hasil pengamatan yang dilakukan , ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan timgkat pemgamgguran. Jika inflasi tinggi, pengangguran pun akan rendah.
Hubungan Antara pengangguran dan Inflasi
Hubungan antara inflasi dan pengangguran banyak diperoleh dari hasil penelitian empiris di beberapa Negara. Amir (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh inflasi terhadap pengangguran di Indonesia menggunakan data tahun 1980 hingga 2005. Dengan menggunakan metode OLS hasil penelitian beliau tidak berhasil memperoleh bukti adanya pengaruh inflasi terhadap pengangguran.
Kitov (2007) meneliti hubungan antara inflasi daan pengangguran di Jepang dengan menggunakan data pengangguran dan indeks harga konsumen Jepang tahun 1982 hingga 2006. Dengan menggunakan model regresi diperoleh kofisien regresi yang bernilai negative sebesar -0,94 dengan konstanta 0,0041. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan antara inflasi dan pengangguran pada perekonomian Jepang. Berdasarkan uraian diatas Endang Setyowati menyimpulkan bahwa: ada hubungan kausal antara inflasi dengan pengangguran di Indonesia.

Hubungan antara Tingkat Inflasi dan Tingkat Pengangguran
Indonesia merupakan salah satu Negara yang berkembang, salah satu masalah yang dihadapi Indonesia sampai saat ini yang belum ada solusinya yaitu pengangguran. Pengangguran merupakn salah satu masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi dan dipengaruhi oleh banyak factor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu muda dipahami.
Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga barang dalam periode waktu tertentu (Sadono Sukirno, 2005). Dengan semakin tingginya tingkat inflasi yang terjadi maka akan berakibat pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang menurun sehingga akan terjadi peningkatan terhadap angka pengangguran.
https://masrianisaidin.wordpress.com/2014/05/31/pengaruh-inflasi-dan-pengangguran-terhadap-pertumbuhan-perekonomian-di-indonesia/